Minggu lalu, kampus saya kedatangan psikolog ternama Alexander Sriewijono yang waktu itu jadi dosen tamu untuk kuliah Kapita Selekta PIO. Mas Alex (sapaan akrabnya ini) memperkenalkan diri sebagai sahabat diskusi bagi kami para mahasiswa pascasarjana program magister psikologi klinis dewasa. Bener deh, kuliah hampir 4 jam ini tidak seperti kuliah tapi sebagai diskusi asik yang membuka wawasan kami. Pada akhir kuliah, kami diminta untuk membuat reaction paper sehubungan dengan materi kuliah yang menurut kami menarik. Buat saya, konsep Blissipline ini ajaib dan bila diterapkan pada setiap aspek kehidupan dapat meningkatkan kebahagiaan which leads to our own Authentic Happiness.
Ini saya share reaction paper saya yaa.. tentang Blissipline konsep MAGIC! yang dikemukakan oleh Alexander Sriewijono dalam kaitannya dengan ilmu psikologi positif yang dikemukakan oleh Martin E. Seligman. Enjoy!
Materi kuliah yang disampaikan Alex Sriewijono mengenai aplikasi ilmu Psikologi dalam berbagai bidang pekerjaan. Alex Sriewijono berperan sebagai teman diskusi secara terbuka mendengar gagasan para mahasiswa magister profesi klinis dewasa mengemukakan profesi impiannya seputar dunia psikologi. Beberapa profesi yang muncul antara lain konselor perkawinan, seksolog, kriminilog. Alex Sriwiejono dengan telaten membahas satu persatu profesi tersebut dan memberi saran praktis yang dapat menjadi bekal pengembangan diri para mahasiswa.
Alex Sriewijono kemudian meminta para mahasiswa untuk merefleksi masing-masing pilihan profesinya. Setiap orang diminta untuk memikirkan secara lebih jauh dan luas mengenai seberapa menggairahkankah profesi yang saya cita-citakan ini, mengapa demikian, kualitas pribadi seperti apa yang perlu ditingkatkan dan ditambahkan. Kesemua poin tersebut menggiring mahasiswa untuk berpikir secara obyektif sesuai dengan pemahaman dan penalaran masing-masing agar pilihan profesi tersebut tidak semu dan sungguh-sungguh dilandasi keinginan yang diperkuat dengan keyakinan. Alex Sriewijono kemudian menambahkan poin penting yang membantu mengoperasionalkan konsep “cita-cita” ini dengan meminta setiap mahasiswa untuk menuliskan identitas profesional, peran, dan nilai dari setiap profesi yang telah dipilih. Setiap mahasiswa diharapkan benar-benar mengetahui peran dan tanggung jawab, tujuan yang ingin dicapai, dan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dipegang teguh sehubungan dengan profesi yang dipilihnya.
Selanjutnya, Alex Sriewijono membahas mengenai Blissipline. Blissipline merupakan penggabungan dua kata yaitu “bliss” dan “discipline”. Kata “bliss” berarti kebahagiaan, kepuasan, dan suka cita yang mendalam yang dirasakan oleh seseorang. Penggabungan dua kata dengan maknanya masing-masing tersebut menghasilkan term blissipline yang dapat diartikan sebagai kemampuan dan kemauan diri seseorang untuk secara fokus dan teratur menampilkan dan merasakan kebahagiaan secara maksimal dari aktivitas yang dilakukannya sehari-hari.
Hidup di kota Jakarta dan menekuni bidang pekerjaan kita masing-masing merupakan pilihan hidup yang menuntut komitmen dan tanggung jawab. Saya pribadi memilih menekuni bidang psikologi dan memilih hidup di Jakarta tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Namun terkadang bahkan untuk menjalani pilihan kita sendiri saja dengan komitmen yang sudah kita buat terhadap diri sendiri saja nampak sulit untuk dijalani. Tujuan pribadi, beban kerja, deadline, lingkungan pergaulan, budaya kerja, dan keadaan kota besar yang merupakan bagian dari pilihan dan komitmen yang kita buat sendiri terkadang menjadi sumber stress bagi diri kita. Terkadang sulit bagi kita untuk melepaskan diri dari kecenderungan negativistik diri yang pada akhirnya menghambat dan menimalisir produktivitas kita.
Blissipline yang dikemukakan oleh Alex Sriewijono diharapkan mampu membantu melawan negativistik dalam diri, menerima kekuatan dan kelemahan diri, meningkatkan kesadaran akan hal-hal positif yang ada di sekitar, dan menjadikannya budaya untuk dapat menjalani hidup dengan positif. Blissipline yang dikemukakan oleh Alex Sriewijono ini merupakan program dengan tahapan yang mudah dilakukan oleh setiap orang yang diharapkan dapat menjadi kebiasaan dan budaya orang tersebut. Alex Sriewijono mengoperasionalkan konsep ini kedalam 5 area pengembangan diri yaitu personal leadership, personal effectiveness, group effectiveness, relationship management, dan change & challenge Management.
Personal Leadership mengenai bagaimana meningkatkan kepemimpinan diri, termasuk kredibilitas, brand image, kematangan emosional dan cara berpikir kritis. Dalam hidup, bila ini belum dikuasai akan sangat sulit untuk memiliki karir, kesehatan, terutama hubungan yang sehat. Personal Effectiveness mengenai efiensi personal seseorang dalam kaitannya dengan pengaturan waktu, pemecahan masalah, pengambilan keputusan sampai komunikasi efektif. Group Effectiveness mengenai usaha meningkatkan trust antara satu sama lain sampai proses pembelajaran antara satu pihak dan pihak lain. Setelah membenahi diri, barulah kita bisa membentuk rasa percaya dan hubungan dengan orang lain. Relationship Management menekankan bahwa hubungan itu sangat tergantung dengan komunikasi yang menunjukkan kepedulian yang akan menjadi kunci dalam hubungan yang sehat dan berjangka panjang. Change & Challenge Management mengenai cara efektif menghadapi tantangan dan stress. Bagaimana seseorang memiliki regulasi diri yang baik dan membawa perubahan bagi lingkungan Anda?
Dalam ilmu psikologi term Blissipline yang dikemukakan oleh Alex Sriewijono dekat dengan konsep psikologi positif yang dikemukakan oleh Seligman. Psikologi positif adalah studi ilmiah tentang bagaimana manusia mencapai kebahagiaan dan kepuasan mental. Emosi dianggap indikator seseorang mental kesejahteraan. Psikologi positif, percaya bahwa emosi positif, seperti gembira dan puas, adalah penyebab kebahagiaan. Seseorang yang mampu mengelola dan mengolah emosi positif dalam setiap aspek kehidupannya akan lebih bahagia. Setiap orang memiliki karakter positif, yang berupa ketahanan, keberanian, dan semangat dalam etos kerja. Setiap orang yang mampu menerapkan karakter dapat mencapai kebahagiaan dan lebih produktif dalam hidupnya.
Martin E Seligman mengemukakan bahwa penting bagi seseorang untuk mengejar kebahagiaan otentiknya (Authentic Happiness) sendiri. Parameter seseorang meraih authentic happinessnya adalah dengan melihat aspek kepuasan terhadap masa lalu, kebahagiaan terhadap masa sekarang, dan optimisme akan masa depan. Emosi tentang masa lalu seperti kelegaaan, kedamaian, kebanggaan dan kepuasan sampai kegetiran dan kemarahan penuh dendam, sepenuhnya ditentukan oleh pikiran masa lalu. Ada dua cara untuk membawa perasaan tentang masa lalu ke ranah kelegaan dan kepuasan yaitu bersyukur dan rasa maaf. Kebahagian masa sekarang menyangkut kenikmatan (pleasure) dan gratifikasi (gratification). Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen indrawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat (ekstase, gairah, riang, ceria dan nyaman). Semua ini bersifat sementara, dan hanya sedikit melibatkan pikiran atau malah tidak sama sekali. Gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang sangat kita sukai. Seligman mengemukakan bahwa setiap orang sebaiknya membangun kekuatan dan kebajikan serta menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai kebahagiaan otentiknya sendiri. Setiap orang memiliki beberapa kekuatan-khas, yaitu kekuatan karakter yang dimilki seseorang secara sadar, dihargai, dan dapat diaplikasikannya dalam kehidupannya. Kekuatan dan karakter yang khas ini kemudian menjadi modal optimisme akan masa depan.
Seligman mengemukakan tiga cara untuk bahagia yaitu life of enjoyment, life of engagement, dan life of Contribution. Life of enjoyment seseorang diharapkan dapat menikmati hidupnya dengan cara yang tepat dan tidak merugikan orang lain. Life of engagement atau dalam istilah yang dikemukakan oleh aristoteles disebut eudaimonia, yaitu diharapkan seseorang dapat terlibat dalam pekerjaan, hubungan atau kegiatan dengan orang lain yg membuat seseorang terfokus mengikuti arus. Life of Contribution seseorang diharapkan memiliki semangat berkontribusi terhadap komunitas tertentu, melayani dan menjadikan hidupnya bermanfaat bagi orang lain. Penting bagi seseorang untuk dapat menjadi bagian dari organisasi atau kelompok, tradisi atau gerakan tertentu. Dengan demikian seseorang dapat merasa memiliki hidup yang bermakna lebih dari sekedar hidup untuk dirinya sendiri.
Menurut saya, kelima area pengembangan diri dalam kaitannya dengan konsep Blissipline yang dikemukakan Alex Sriewijono sedikit banyak beririsan dengan konsep tiga cara untuk bahagia yang dikemukakan oleh Seligman. Kedua tokoh menjunjung tinggi kebahagiaan pribadi sebagai landasan yang menggerakan tingkah laku seseorang dalam pencapaian tujuan pribadi. Seligman mengemukakan tiga cara untuk bahagia tersebut ke dalam tiga tingkatan yaitu bahagia dengan diri sendiri, bahagia dengan orang lain, dan membagi kebahagiaan diri sendiri dengan kontribusi dengan orang lain. Life of enjoyment mengharapkan seseorang dapat menikmati dirinya sendiri dimana di dalamnya mencakup kebahagiaan hidup dengan bijaksana. Konsep yang sama dikemukakan oleh Alex Sriewijono dalam Personal leadership dan effectivenes. Alex Sriewijono menambahkan sentuhan kontrol dalam konsep menikmati diri ini. Alex Sriewijono menekankan bahwa setiap orang perlu membenahi diri menjadi lebih efektif agar siap terlibat dengan orang lain sehingga kehidupan sosial dapat berlangsung dengan harmonis. Tingkatan berikutnya yaitu life of engagement yang oleh Seligman yaitu pentingnya keterlibatan seseorang dengan orang lain dalam fokus yang sama. Berbekal personal leadership dan effectiveness diharapkan seseorang dapat mengembangkan group effectivenes dan relationship management. Hubungan yang terpola dan efektif dapat menciptakan komunitas masyarakat yang harmonis yang dapat mengembangkan setiap pribadinya. Hal ini kemudian membuat setiap orang dapat berkontribusi secara aktif dan optimal sesuai harapan tingkatan tertinggi yang dikemukakan oleh Seligman yaitu life of contribution. Pada akhirnya setiap orang perlu membekali dirinya dengan keterampilan regulasi diri dan terutama emosi agar siap menghadapi tantangan dan stress sehari-hari yang ditemui dalam permasalahan pribadi maupun dalam relasinya dengan masyarakat.
Seorang psikolog klinis diharapkan dapat terjun ke berbagai bidang aplikasi ilmu psikologi. Bermodalkan Blissipline, Alex Sriewijono membuka mata saya bahwa segala hal yang kita kerjakan, asalkan dilakukan dengan fun dan semangat memberi dampak positif bagi kita sendiri. Alex Sriejiono menyebut dirinya sahabat diskusi bagi semua orang. Hal ini merupakan manifestasi nyata Blissipline itu sendiri. Beliau menunjukkan bahwa wawasan yang luas, kerendahan hati, dan pikiran yang terbuka untuk maju menjadi modal utama seorang psikolog menempatkan dirinya pada posisi yang OK dan memandang klien atau koleganya juga pada posisi yang OK (konsep Im OK You’re OK). Pertukaran informasi, ilmu, dan pengalaman akan berjalan efektif pada level ini sehingga pada setiap hal yang kita kerjakan memberi dampak yang diharapkan berguna bagi diri kita maupun klien atau kolega.
Referensi
Blissipline by Alexander Sriewijono
Hall, C. S. & Gardner Lindzey. (1997). Theories of personality. New York: Wiley Publication
2 comments:
hai.. ijin link ke blog yaa :)
Halo.. silahkan :) semoga bermanfaat
Post a Comment